baiklah disini saya akan menguraikan sedikit tentang kesehatan, tentunya teman-teman kesmas pernah dengar dunk tentang kesehatan. . . . .!!!!!!
1. SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
A. Definisi Surveilans
Surveilans kesehatan masyarakat adalah
pengumpulan, analisis, dan analisis data secara terusmenerus dan
sistematis yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan) kepada
pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan masalah
kesehatan lainnya (DCP2, 2008). Surveilans memantau terus-menerus
kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi dan memprediksi outbreak
pada populasi, mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen, vektor, dan
reservoir.
Selanjutnya surveilans menghubungkan
informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat dilakukan
langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit (Last, 2001).
Kadang digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans
kesehatan masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama
saja, sebab menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah
untuk mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi
dikenal sebagai sains inti kesehatan masyarakat (core science of public
health).
Surveilans memungkinkan pengambil
keeputusan untuk memimpin dan mengelola dengan efektif. Surveilans
kesehatan masyarakat memberikan informasi kewaspadaan dini bagi
pengambil keputusan dan manajer tentang masalah-masalah kesehatan yang
perlu diperhatikan pada suatu populasi. Surveilans kesehatan masyarakat
merupakan instrumen penting untuk mencegah outbreak penyakit dan
mengembangkan respons segera ketika penyakit mulai menyebar. Informasi
dari surveilans juga penting bagi kementerian kesehatan, kementerian
keuangan, dan donor, untuk memonitor sejauh mana populasi telah
terlayani dengan baik (DCP2, 2008). .
Surveilans berbeda dengan pemantauan
(monitoring) biasa. Surveilans dilakukan secara terus menerus tanpa
terputus (kontinu), sedang pemantauan dilakukan intermiten atau
episodik. Dengan mengamati secara terus-menerus dan sistematis maka
perubahan-perubahan kecenderungan penyakit dan faktor yang
mempengaruhinya dapat diamati atau diantisipasi,sehingga dapat dilakukan
langkah-langkah investigasi dan pengendalian penyakit dengan tepat.
B. Tujuan Surveilans
Surveilans bertujuan memberikan informasi
tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan
faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan
kesehatan dengan lebih efektif. Tujuan khusus surveilans:
- Memonitor kecenderungan (trends) penyakit;
- Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini outbreak; Data Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas, RS, Dokter praktik), Komunitas Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Provinsi,Pusat Peristiwa penyakit, kesehatan populasi Intervensi Keputusan Pelaporan Informasi (Umpan Balik)
- Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease burden) pada populasi;
- Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan;
- Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan;
- Mengidentifikasi kebutuhan riset (Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU, 2002).
C. Jenis Surveilans
- Surveilans individu
Surveilans individu (individual
surveillance) mendeteksi dan memonitor individu-individu yang mengalami
kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus,
demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya
isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang
dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan
isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang
atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit
menular selama periode menular.
Tujuan karantina adalah mencegah
transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi
(Last, 2001). Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika
timbul AIDS 1980an dan SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina
total; (2) Karantina parsial. Karantina total membatasi kebebasan gerak
semua orang yang terpapar penyakit menular selama masa inkubasi, untuk
mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar. Karantina parsial
membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan perbedaan
tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmisi penyakit.
Contoh, anak sekolah diliburkan untuk
mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan
terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan pada pos tertentu
dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja.
Dewasa ini karantina diterapkan secara
terbatas, sehubungan dengan masalah legal, politis, etika, moral, dan
filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas
langkah-langkah pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan
masyarakat (Bensimon dan Upshur, 2007).
- Surveilans penyakit
Surveilans penyakit (disease
surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan
kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis,
konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian,
serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit
adalah penyakit, bukan individu.
Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria.
Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masingmasing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.
Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria.
Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masingmasing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.
- Surveilans sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease
surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma
(kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans
sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual
maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis.
Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit,
seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium,
yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi
laboratorium tentang suatu penyakit.
Surveilans sindromik dapat dikembangkan
pada level lokal, regional, maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans
sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip
influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik
dokter di AS. Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi
melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam
dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang
jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin,
dan jumlah total kasus yang teramati.
Surveilans tersebut berguna untuk
memonitor aneka penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung,
dan antraks, sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat
digunakan sebagai instrumen untuk memonitor krisis yang tengah
berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006). Suatu sistem yang
mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas
kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu,
disebut surveilans sentinel.
Pelaporan sampel melalui sistem
surveilans sentinel merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah
kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas (DCP2, 2008; Erme
danQuade, 2010).
- Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium
digunakan untuk mendeteksi dan menonitor penyakit infeksi. Sebagai
contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti
salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi
strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan
lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan
sindroma dari klinik-klinik (DCP2, 2008).
- Surveilans terpadu
Surveilans terpadu (integrated
surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu
wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah
pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur,
proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan
informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun
pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan
data khusus penyakitpenyakit tertentu (WHO, 2001, 2002; Sloan et al.,
2006).
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
(1) Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services);
(2) Menggunakan pendekatan solusi majemuk;
(3) Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural;
(4) Melakukan sinergi antara fungsi inti
surveilans (yakni, pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan
fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan
laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya);
(5) Mendekatkan fungsi surveilans dengan
pengendalian penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan terpadu,
surveilans terpadu tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki
kebutuhan surveilans yang berbeda (WHO, 2002).
- Surveilans kesehatan masyarakat global.
Perdagangan dan perjalanan internasional
di abad modern, migrasi manusia dan binatang serta organisme, memudahkan
transmisi penyakit infeksi lintas negara. Konsekunsinya,
masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan negara maju
di dunia makin serupa dan bergayut.
Timbulnya epidemi global (pandemi)
khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh
dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah,
dan organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit
menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang
muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang
baru muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan
SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-aktor
baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi
(Calain, 2006; DCP2, 2008).
D. Manajemen Surveilans
Surveilans mencakup dua fungsi manajemen
yaitu fungsi inti dan fungsi pendukung. Fungsi inti (core activities)
mencakup kegiatan surveilans dan langkah-langkah intervensi kesehatan
masyarakat. Kegiatan surveilans mencakup deteksi, pencatatan, pelaporan
data, analisis data, konfirmasi epidemiologis maupun laboratoris,
umpan-balik (feedback). Langkah intervensi kesehatan masyarakat
mencakup respons segera (epidemic type response) dan respons terencana
(management type response). Fungsi pendukung (support activities)
mencakup pelatihan, supervisi, penyediaan sumber daya manusia dan
laboratorium, manajemen sumber daya, dan komunikasi (WHO, 2001; McNabb
et al., 2002).
Hakikatnya tujuan surveilans adalah memandu intervensi kesehatan. Karena itu sifat dari masalah kesehatan masyarakat menentukan desain dan implementasi sistem surveilans. Sebagai contoh, jika tujuannya mencegah penyebaran penyakit infeksi akut, misalnya SARS, maka manajer program kesehatan perlu melakukan intervensi kesehatan dengan segera. Karena itu dibutuhkan suatu sistem surveilans yang dapat memberikan informasi peringatan dini dari klinik dan laboratorium.
Hakikatnya tujuan surveilans adalah memandu intervensi kesehatan. Karena itu sifat dari masalah kesehatan masyarakat menentukan desain dan implementasi sistem surveilans. Sebagai contoh, jika tujuannya mencegah penyebaran penyakit infeksi akut, misalnya SARS, maka manajer program kesehatan perlu melakukan intervensi kesehatan dengan segera. Karena itu dibutuhkan suatu sistem surveilans yang dapat memberikan informasi peringatan dini dari klinik dan laboratorium.
Sebaliknya penyakit kronis dan perilaku
terkait kesehatan, seperti kebiasaan merokok, berubah dengan lebih
lambat. Para manajer program kesehatan hanya perlu memonitor
perubahanperubahan sekali setahun atau lebih jarang dari itu. Sebagai
contoh, sistem surveilans yang menilai dampak program pengendalian
tuberkulosis mungkin hanya perlu memberikan informasi sekali setahun
atau lima tahun, tergantung prevalensi. Informasi yang diperlukan bisa
diperoleh dari survei rumah tangga.
D. Pendekatan Surveilans
Pendekatan surveilans dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu Surveilans pasif dan Surveilans aktif.
Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data
penyakit yang harus dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di
fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan surveilans pasif, relatif murah
dan mudah untuk dilakukan. Negara-negara anggota WHO diwajibkan
melaporkan sejumlah penyakit infeksi yang harus dilaporkan, sehingga
dengan surveilans pasif dapat dilakukan analisis perbandingan penyakit
internasional. Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif dalam
mendeteksi kecenderungan penyakit. Data yang dihasilkan cenderung
under-reported, karena tidak semua kasus datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan formal. Selain itu, tingkat pelaporan dan kelengkapan laporan
biasanya rendah, karena waktu petugas terbagi dengan tanggungjawab utama
memberikan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan masing-masing.
Untuk mengatasi problem tersebut, instrumen pelaporan perlu dibuat
sederhana dan ringkas.
Surveilans aktif menggunakan petugas
khusus surveilans untuk kunjungan berkala ke lapangan, desa-desa, tempat
praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan
rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau
kematian, disebut penemuan kasus (case finding), dan konfirmasi laporan
kasus indeks. Kelebihan surveilans aktif, lebih akurat daripada
surveilans pasif, sebab dilakukan oleh
petugas yang memang dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab itu. Selain itu, surveilans aktif dapat mengidentifikasi outbreak lokal. Kelemahan surveilans aktif, lebih mahal dan lebih sulit untuk dilakukan daripada surveilans pasif.
petugas yang memang dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab itu. Selain itu, surveilans aktif dapat mengidentifikasi outbreak lokal. Kelemahan surveilans aktif, lebih mahal dan lebih sulit untuk dilakukan daripada surveilans pasif.
Sistem surveilans dapat diperluas pada
level komunitas, disebut community surveilance. Dalam community
surveilance, informasi dikumpulkan langsung dari komunitas oleh kader
kesehatan, sehingga memerlukan pelatihan diagnosis kasus bagi kader
kesehatan. Definisi kasus yang sensitif dapat membantu para kader
kesehatan mengenali dan merujuk kasus mungkin (probable cases) ke
fasilitas kesehatan tingkat pertama. Petugas kesehatan di tingkat lebih
tinggi dilatih menggunakan definsi kasus lebih spesifik, yang memerlukan
konfirmasi laboratorium. Community surveilans mengurangi kemungkinan
negatif palsu (JHU, 2006).
E. Surveilans Efektif
Karakteristik surveilans yang efektif
yaitu cepat, akurat, reliabel, representatif, sederhana, fleksibel,
akseptabel, kecepatan. Informasi yang diperoleh dengan cepat (rapid) dan
tepat waktu (timely) memungkinkan tindakan segera untuk mengatasi
masalah yang diidentifikasi. Investigasi lanjut hanya dilakukan jika
diperlukan informasi tertentu dengan lebih mendalam. Kecepatan
surveilans dapat ditingkatkan melalui sejumlah cara:
- Melakukan analisis sedekat mungkin dengan pelapor data primer, untuk mengurangi “lag” (beda waktu) yang terlalu panjang antara laporan dan tanggapan.
- Melembagakan pelaporan wajib untuk sejumlah penyakit tertentu (notifiable diseases)
- Mengikutsertakan sektor swasta melalui peraturan perundangan
- Melakukan fasilitasi agar keputusan diambil dengan cepat menggunakan hasil surveilans
- Mengimplementasikan sistem umpan balik tunggal, teratur, dua-arah dan segera.
Akurasi surveilans yang efektif memiliki
sensitivitas tinggi, yakni sekecil mungkin terjadi hasil negatif palsu.
Aspek akurasi lainnya adalah spesifisitas, yakni sejauh mana terjadi
hasil positif palsu. Pada umumnya laporan kasus dari masyarakat awam
menghasilkan “false alarm” (peringatan palsu).
Karena itu sistem surveilans perlu
mengecek kebenaran laporan awam ke lapangan, untuk mengkonfirmasi apakah
memang tengah terjadi peningkatan kasus/outbreak.
Akurasi surveilans dipengaruhi beberapa faktor:
Akurasi surveilans dipengaruhi beberapa faktor:
a. Kemampuan petugas;
b. Infrastruktur laboratorium.
Contoh, para ahli madya epidemiologi
perlu dilatih tentang dasar laboratorium, sedang teknisi laboratorium
dilatih tentang prinsip epidemiologi, sehingga kedua pihak memahami
kebutuhan surveilans. Surveilans memerlukan peralatan laboratorium
standar di setiap tingkat operasi untuk meningkatkan kemampuan
konfirmasi kasus. Standar, seragam, reliabel, kontinu. Definisi kasus,
alat ukur, maupun prosedur yang standar penting dalam sistem surveilans
agar diperoleh informasi yang konsisten.
Sistem surveilans yang efektif mengukur
secara kontinu sepanjang waktu, bukannya intermiten atau sporadis,
tentang insidensi kasus penyakit untuk mendeteksi kecenderungan.
Pelaporan rutin data penyakit yang harus dilaporkan (reportable
diseases) dilakukan seminggu sekali.
Representatif dan lengkap. Sistem
surveilans diharapkan memonitor situasi yang sesungguhnya terjadi pada
populasi. Konsekuensinya, data yang dikumpulkan perlu representatif dan
lengkap.
Keterwakilan, cakupan, dan kelengkapan
data surveilans dapat menemui kendala jika penggunaan kapasitas tenaga
petugas telah melampaui batas, khususnya ketika waktu petugas surveilans
terbagi antara tugas surveilans dan tugas pemberian pelayanan kesehatan
lainnya.
Sederhana, fleksibel, dan akseptabel. Sistem surveilans yang efektif perlu sederhana dan praktis, baik dalam organisasi, struktur, maupun operasi. Data yang dikumpulkan harus relevan dan terfokus.
Sederhana, fleksibel, dan akseptabel. Sistem surveilans yang efektif perlu sederhana dan praktis, baik dalam organisasi, struktur, maupun operasi. Data yang dikumpulkan harus relevan dan terfokus.
Format pelaporan fleksibel, bagian yang
sudah tidak berguna dibuang. Sistem surveilans yang buruk biasanya
terjebak untuk menambah sasaran baru tanpa membuang sasaran lama yang
sudah tidak berguna, dengan akibat membebani pengumpul data. Sistem
surveilans harus dapat diterima oleh petugas surveilans, sumber data,
otoritas terkait surveilans, maupun pemangku surveilans lainnya. Untuk
memelihara komitmen perlu pembaruan kesepakatan para pemangku secara
berkala pada setiap level operasi.
Penggunaan (uptake). Manfaat sistem
surveilans ditentukan oleh sejauh mana informasi surveilans digunakan
oleh pembuat kebijakan, pengambil keputusan, maupun pemangku surveilans
pada berbagai level. Rendahnya penggunaan data surveilans merupakan
masalah di banyak negara berkembang dan beberapa negara maju. Salah satu
cara mengatasi problem ini adalah membangun network dan komunikasi yang
baik antara peneliti, pembuat kebijakan, dan pengambil keputusan.
0 komentar:
Posting Komentar