Jumat, 29 November 2013
LIMBAH B3
Pengertian B3
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.
Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun jenis sisa bahannya.
Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability,reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.
Tujuan pengelolaan limbah B3
Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.
Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula.
Identifikasi limbah B3
Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu:
Berdasarkan sumber
Berdasarkan karakteristik
Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:
Limbah B3 dari sumber spesifik;
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
Sedangkan golongan limbah B3 yang berdasarkan karakteristik ditentukan dengan:
mudah meledak;
pengoksidasi;
sangat mudah sekali menyala;
sangat mudah menyala;
mudah menyala;
amat sangat beracun;
sangat beracun;
beracun;
berbahaya;
korosif;
bersifat iritasi;
berbahayabagi lingkungan;
karsinogenik;
teratogenik;
mutagenik.
syarat-syarat rumah sehat
5.Syarat-Syarat Rumah
Sehat
Ada tujuh syarat rumah sehat
Rumah yang baik, tidak
harus besar dan mewah, tetapi harus memenuhi syarat kesehatan, sehingga para
penghuninya dapat beraktivitas dengan nyaman. Menurut Winslow, rumah sehat
memiliki beberapa kriteria, yakni dapat memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis;
serta dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan dan penularan penyakit.
Agar (penghuni) rumah
menjadi sehat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Ventiasi Udara
Rumah sehat harus memiliki ventilasi udara yang cukup, agar sirkulasi udara lancar dan udara menjadi segar. Ventilasi udara membuat kadar oksigen di dalam rumah tetap terjaga sekaligus menjaga kelembapan rumah.
Rumah sehat harus memiliki ventilasi udara yang cukup, agar sirkulasi udara lancar dan udara menjadi segar. Ventilasi udara membuat kadar oksigen di dalam rumah tetap terjaga sekaligus menjaga kelembapan rumah.
Buat ventilasi udara
lewat bukaan jendela. Penghawaan udara dalam rumah akan makin maksimal dengan
sistem ventilasi silang atau cross ventilation. Jika tidak memungkinkan, bisa
dibuat ventilasi lewat lubang-lubang angin.
Selain itu, sebisa
mungkin jangan menggunakan kipas angin, karena bisa menyebabkan flek pada
paru-paru. Taman di teras atau di dalam rumah juga akan membantu proses
produksi oksigen.
Pencahayaan
Rumah sehat harus memiliki pencahayaan alami yang cukup. Rumah yang kekurangan cahaya matahari sangat lembap dan tidak nyaman serta rawan terhadap bibit penyakit.
Rumah sehat harus memiliki pencahayaan alami yang cukup. Rumah yang kekurangan cahaya matahari sangat lembap dan tidak nyaman serta rawan terhadap bibit penyakit.
Umumnya, cahaya alami didapat
lewat jendela, namun jika tidak memungkinkan, cahaya bisa diperoleh dari
genteng kaca. Kendati demikian, pencahayaan rumah jangan terlalu berlebihan,
karena dapat membuat mata sakit dan ruangan menjadi gerah.
Lantai
Lantai kedap air adalah syarat bagi rumah sehat. Bahannya bisa beragam: ubin, semen, kayu, atau keramik. Lantai yang berdebu atau becek selain tidak nyaman juga bisa menjadi sarang penyakit.
Lantai kedap air adalah syarat bagi rumah sehat. Bahannya bisa beragam: ubin, semen, kayu, atau keramik. Lantai yang berdebu atau becek selain tidak nyaman juga bisa menjadi sarang penyakit.
Pemilihan material
lantai sangat penting. Misalnya, keramik lantai yang licin
dapat menyebabkan penghuni terpeleset.
Atap dan Langit-langit
Genteng tanah liat terbilang paling cocok untuk rumah di daerah tropis seperti Indonesia, karena lebih mampu menyerap panas matahari. Sebaiknya hindari pengunaan atap seng atau asbes, karena dapat menyebabkan hawa ruangan menjadi panas.
Genteng tanah liat terbilang paling cocok untuk rumah di daerah tropis seperti Indonesia, karena lebih mampu menyerap panas matahari. Sebaiknya hindari pengunaan atap seng atau asbes, karena dapat menyebabkan hawa ruangan menjadi panas.
Ketinggian langit-langit
rumah juga mesti diperhatikan. Pasalnya, langit-langit yang terlalu pendek bisa
menyebabkan ruangan terasa panas sehingga mengurangi kenyamanan.
Pembuangan Limbah
Setiap hari, rumah menghasilkan limbah kamar mandi, dapur, dan sampah. Rumah sehat harus memiliki septic tank dan pembuangan limbah air yang tidak mencemarkan tanah dan air tanah serta tidak berbau. Posisi septic tank sebaiknya dibuat sejauh mungkin dengan pompa air.
Setiap hari, rumah menghasilkan limbah kamar mandi, dapur, dan sampah. Rumah sehat harus memiliki septic tank dan pembuangan limbah air yang tidak mencemarkan tanah dan air tanah serta tidak berbau. Posisi septic tank sebaiknya dibuat sejauh mungkin dengan pompa air.
Setiap rumah sehat
memiliki tempat pembuangan sampah yang tertutup agar tidak mencemari lingkungan
sekitarnya. Buatlah dua tempat sampah: untuk sampah organik dan
anorganik.
Air Bersih
Rumah sehat harus memenuhi kebutuhan air bersih bagi para penghuninya, yakni minimal 60 liter per hari per orang—untuk minum, mandi, mencuci, dan lain-lain.
Rumah sehat harus memenuhi kebutuhan air bersih bagi para penghuninya, yakni minimal 60 liter per hari per orang—untuk minum, mandi, mencuci, dan lain-lain.
Polusi dan Kontaminasi
Polusi yang paling banyak dihasilkan rumah berasal dari asap dapur. Untuk itu, rumah sebaiknya memiliki pembuangan asap agar tidak mencemari ruangan lain. Hindari pula penggunaan cat dari bahan-bahan berbahaya, yang berpotensi mengganggu sistem pernafasan penghuni.
Polusi yang paling banyak dihasilkan rumah berasal dari asap dapur. Untuk itu, rumah sebaiknya memiliki pembuangan asap agar tidak mencemari ruangan lain. Hindari pula penggunaan cat dari bahan-bahan berbahaya, yang berpotensi mengganggu sistem pernafasan penghuni.
kesehatan gigi
4.kesehatan gigi
Cara menjaga kesehatan gigi
Disini saya akan meberikan artikel bagaimana
cara menjaga kesehatan gigi.
·
Biasakan
menyikat gigi minimal 2 x sehari setiap sebelum tidur dan setelah bangun
tidur.Berfungsi untuk mengcegah gigi menjadi lebih buruk.
·
Pilihlah sikat gigi
dengan bulu sikat yang lembut, dan jangan menyikat dengan keras karena dapat
menyebabkan penipisan email pada gigi.
·
Kurangi makanan yang
manis dan lengket karena jika ada yang tersisa digigi makan itulah penyebab
utama gigi berlubang.
·
Sikatlah gigi secara
benar. Dengan cara keatas kebawah dan dari arah depan belakang sampai ujung.
·
Sebaiknya mengganti
sikat gigi 2 bulan sekali, dan letakkan sikat gigi secara benar dan tutup sikat
gigi dengan penutupnya agar terhindar dari kuman / bakteri.
·
Kumur-kumur dengan
pembersih mulut dan gigi. Untuk mencegah kerusakan gigi.
Semoga bermanfaat dan jagalah gigi agar tetap sehat dan
kuat.
sumber Diposkan oleh Dina aliza di 04.23
kesehatan lingkungan
3.kesehatan lingkungan
Salah satu kebutuhan penting akan kesehatan lingkungan adalah masalah air
bersih, persampahan dan sanitasi, yaitu kebutuhan akan air bersih, pengelolaan
sampah yang setiap hari diproduksi oleh masyarakat serta pembuangan air limbah
yang langsung dialirkan pada saluran/sungai. Hal tersebut menyebabkan
pandangkalan saluran/sungai, tersumbatnya saluran/sungai karena sampah. Pada
saat musim penghujan selalu terjadi banjir dan menimbulkan penyakit.
Beberapa penyakit yang
ditimbulkan oleh sanitasi yang kurang baik serta pembuangan sampah dan air
limbah yang kurang baik diantaranya adalah:
1. Diare
2. Demam berdarah
3. Disentri
4. Hepatitis A
5. Kolera
6. Tiphus
7. Cacingan
8. Malaria
Mengapa BAB harus
sehat??kenapa jamban yang kita miliki harus sehat??? mungkin ini yang belum
pernah terpikirkan oleh sebaian besar masyarakat pedesaan kita. dari penjelasan
di atas sudah dapat diketahui penyakit yang timbul akaibat BAB dan jamban tidak
sehat. jamban sendiri Merupakan tempat penampung kotoran manusia yang sengaja
dibuat untuk mengamankannya, dengan tujuan:
1. Mencegah terjadinya penyebaran langsung
bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia.
2. Mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan
penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya
Lalat
yang hinggap disampah dan dipermukaan air limbah atau tikus selokan yang masuk
kedalam saluran air limbah dapat membawa sejumlah kuman penyebab penyakit. Bila
lalat atau tikus tersebut menyentuh makanan atau minuman maka besar kemungkinan
orang yang menelan makanan dan minuman tersebut akan menderita salah satu
penyakit seperti yang tersebut diatas. Demikian pula dengan anak-anak kecil
yang bermain atau orang dewasa yang bekerja didekat atau mengalami kontak
langsung dengan air limbah dan sampah dapat terkena penyakit seperti yang
tersebut diatas, terutama bila tidak membersihkan anggota badan terlebih
dahulu.
1. Air limbah dapat dikelompokkan kedalam 2 bagian,
yaitu:
2. Air bekas yang berasal dari bak atau lantai cuci
piring atau peralatan rumah tangga, lantai cuci pakaian dan kamar mandi
3. Lumpur tinja yang berasal dari jamban atau water
closet (WC)
Tangki septic atau unit
pengolahan air limbah terpusat diperlukan guna mengolah air limbah sebelum
dibuang kesuatu badan air. Disamping untuk mencegah pencemaran termasuk
diantaranya organisme penyebab penyakit, pengolahan air limbah dimaksudkan
untuk mengurangi beban pencemaran atau menguraikan pencemar sehingga memenuhi
persyaratan standar kualitas ketika dibuang kesuatu badan air penerima.
Sampah dan air limbah mengandung
berbagai macam unsur seperti gas-gas terlarut, zat-zat padat terlarut, minyak
dan lemak serta mikroorganisme. Mikroorganisme yang terkandung dalam sampah dan
air limbah dapat berupa organisme pengurai dan penyebab penyakit. Penanganan
sampah dan air limbah yang kurang baik seperti:
1. Pengaliran air limbah ke dalam saluran terbuka
2. Dinding dan dasar saluran yang rusak karena
kurang terpelihara
Pembuangan kotoran dan
sampah kedalam saluran yang menyebabkan penyumbatan dan timbulnya genangan akan
mempercepat berkembangbiaknya mikroorganisme atau kuman-kuman penyebab
penyakit, serangga dan mamalia penyebar penyakit seperti lalat dan tikus.
Suatu badan air seperti
sungai atau laut mempunyai kapasitas penguraian tertentu. Bila air limbah
langsung dimasukkan begitu saja kedalam badan air tanpa dilakukan suatu proses
pengolahan, maka suatu saat dapat menimbulkan terjadinya pencemaran lingkungan.
Pencemaran tersebut berlangsung bila kapasitas penguraian limbah yang terdapat
dalam badan air dilampaui sehingga badan air tersebut tidak mampu lagi
melakukan proses pengolahan atau penguraian secara alamiah. Kondisi yang
demikian dinamakan kondisi septik atau tercemar yang ditandai oleh:
1. Timbulnya bau busuk
2. Warna air yang gelap dan pekat
3. Banyaknya ikan dan organisme air lainnya yang
mati atau mengapung.
Pola Hidup Bersih dan
Sehat
Hidup bersih dan sehat
dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan yang memiliki standar kebersihan
dan kesehatan serta menjalankan pola/perilaku hidup bersih dan sehat.
Lingkungan yang sehat dapat memberikan efek terhadap kualitas kesehatan.
Kesehatan seseorang akan menjadi baik jika lingkungan yang ada di sekitarnya
juga baik. Begitu juga sebaliknya, kesehatan seseorang akan menjadi buruk jika
lingkungan yang ada di sekitarnya kurang baik. Dalam penerapan hidup bersih dan
sehat dapat dimulai dengan mewujudkan lingkungan yang sehat. Lingkungan yang
sehat memiliki ciri-ciri tempat tinggal (rumah) dan lingkungan sekitar rumah
yang sehat
sumber
http://www.dimsum.its.ac.id/id/?page_id=6
derajat kesehatan masyarakat
2. Derajat Kesehatan
Masyarakat
4 Faktor Yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan
Kesehatan adalah anugerah yang paling berharga bagi setiap insan
manusia, buat apa banyak harta tapi badan kita sakit, ada juga yang
mengatakan "Health is not everything, but without health
everything is nothing", Memang kesehatan itu bukan segalanya, tetapi
tanpa kesehatan segalanya tiada artinya. Saat sakit kita akan mengalami banyak
kerugian disamping biaya berobat yang mahal, waktu produktif kita juga terbuang
percuma, kita yang biasanya per jam dibayar Rp 1.00.000 jika dalam satu hari
saja sudah Rp 2.400.000 uang yang seharusnya kita dapatkan akan terbuang
percuma, itu cuma 1 hari , terus kalau kita sakit selama sebulan berapakah uang
yang seharusnya masuk ke tabungan kita itu hilang begitu saja. Menurut Hendrick
L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,
yaitu :
Faktor Perilaku, Faktor Lingkungan, Faktor Keturunan dan Faktor Pelayanan Kesehatan
Faktor Perilaku, Faktor Lingkungan, Faktor Keturunan dan Faktor Pelayanan Kesehatan
Dari 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan ternyata faktor perilaku memiliki pengaruh yang cukup besar kemudian di ikuti oleh Faktor Lingkungan, Faktor Pelayanan Kesehatan dan yang terahir adalah faktor keturunan. Dan ke 4 faktor di atas memiliki keterkaitan dan saling mempengaruhi.
1. Faktor Perilaku
Perilaku masyarakat yang sehat akan menunjang dan berdampak semakin meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat kita lihat dari semakin banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Misal , kebiasaan dari pola makan yang sehat dapat menghindarkan kita dari serangan banyak penyakit, antara lain ; Jantung , darah tinggi, stroke, obesitas (kegemukan), diabetes melitus, dan lain sebagainya. Kebiasaan (perilaku) mencuci tangan sebelum makan akan menghindarkan kita dari penyakit saluran pencernaan (diare dan lain sebagainya).
Perilaku menggosok gigi setelah makan dan sebelum tidur dapat mencegah penyakit seputar kesehatan gigi dan mulut. Dan masih banyak perilaku atau kebiasaan yang berpengaruh terhadap kesehatan.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan yang bersih sangat berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Perbandingan angka orang sakit yang signifikan terjadi antara lingkungan yang bersih dengan lingkungan kumuh / kotor. Beberapa penyakit yang sering menjangkiti masyarakat yang hidup di lingkungan kumuh antara lain: Demam berdarah, gatal-gatal, infeksi saluran pencernaan dan pernafasan.
3. Faktor Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan fasilitas kesehatan dengan mutu pelayanan yang baik akan mempercepat derajat kesehatan masyarakat. Dengan adanya fasilitas yang mudah terjangka dan dengan mutu pelayanan yang baik akan meningkatkan akses pelayanan kesehatan masyarakat. Ketersediaan fasilitas harus di ikuti dengan tenaga kesehatan yang merata dan mencukupi juga yang memiliki kompetensi di bidangnya itu sampai tingkat desa dan sampai pelosok.
4. Faktor Keturunan
Banyak penyakit yang dapat kita cegah dengan membersihkan lingkungan dsb , tapi sebagian penyakit tidak dapat kita hindari, seperti penyakit keturunan . Semakin besar risiko penyakit keturunan maka akan semakin sulit meningkatkan derajat kesehatan, untuk mencegah penyakit turunan perlu adanya konseling perkawinan yang baik.
Ke 4 faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan di atas saling berpengaruh dan tidak
berdiri sendiri-sendiri, oleh karena itu upaya pembangunan sarana kesehatan
harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan secara simultan. Upaya yang
dilaksanakan harus komprehensif, yang memiliki arti kesehatan harus mencakup
upaya preventif/promotif, kuratif dan rehabilitatif. Pemerintah sebagai pembuat
regulasi harus berperan aktif dalam pembangunan sarana kesehatan serta
pelaksanaan kesehatan secara menyeluruh.
Kamis, 28 November 2013
hei guys,salam sejahterah buat semua . . .
baiklah disini saya akan menguraikan sedikit tentang kesehatan, tentunya teman-teman kesmas pernah dengar dunk tentang kesehatan. . . . .!!!!!!
Sumber:
Budiarto, Eko. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: EGC
baiklah disini saya akan menguraikan sedikit tentang kesehatan, tentunya teman-teman kesmas pernah dengar dunk tentang kesehatan. . . . .!!!!!!
1. SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
A. Definisi Surveilans
Surveilans kesehatan masyarakat adalah
pengumpulan, analisis, dan analisis data secara terusmenerus dan
sistematis yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan) kepada
pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan masalah
kesehatan lainnya (DCP2, 2008). Surveilans memantau terus-menerus
kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi dan memprediksi outbreak
pada populasi, mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen, vektor, dan
reservoir.
Selanjutnya surveilans menghubungkan
informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat dilakukan
langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit (Last, 2001).
Kadang digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans
kesehatan masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama
saja, sebab menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah
untuk mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi
dikenal sebagai sains inti kesehatan masyarakat (core science of public
health).
Surveilans memungkinkan pengambil
keeputusan untuk memimpin dan mengelola dengan efektif. Surveilans
kesehatan masyarakat memberikan informasi kewaspadaan dini bagi
pengambil keputusan dan manajer tentang masalah-masalah kesehatan yang
perlu diperhatikan pada suatu populasi. Surveilans kesehatan masyarakat
merupakan instrumen penting untuk mencegah outbreak penyakit dan
mengembangkan respons segera ketika penyakit mulai menyebar. Informasi
dari surveilans juga penting bagi kementerian kesehatan, kementerian
keuangan, dan donor, untuk memonitor sejauh mana populasi telah
terlayani dengan baik (DCP2, 2008). .
Surveilans berbeda dengan pemantauan
(monitoring) biasa. Surveilans dilakukan secara terus menerus tanpa
terputus (kontinu), sedang pemantauan dilakukan intermiten atau
episodik. Dengan mengamati secara terus-menerus dan sistematis maka
perubahan-perubahan kecenderungan penyakit dan faktor yang
mempengaruhinya dapat diamati atau diantisipasi,sehingga dapat dilakukan
langkah-langkah investigasi dan pengendalian penyakit dengan tepat.
B. Tujuan Surveilans
Surveilans bertujuan memberikan informasi
tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan
faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan
kesehatan dengan lebih efektif. Tujuan khusus surveilans:
- Memonitor kecenderungan (trends) penyakit;
- Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini outbreak; Data Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas, RS, Dokter praktik), Komunitas Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Provinsi,Pusat Peristiwa penyakit, kesehatan populasi Intervensi Keputusan Pelaporan Informasi (Umpan Balik)
- Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease burden) pada populasi;
- Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan;
- Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan;
- Mengidentifikasi kebutuhan riset (Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU, 2002).
C. Jenis Surveilans
- Surveilans individu
Surveilans individu (individual
surveillance) mendeteksi dan memonitor individu-individu yang mengalami
kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus,
demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya
isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang
dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan
isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang
atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit
menular selama periode menular.
Tujuan karantina adalah mencegah
transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi
(Last, 2001). Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika
timbul AIDS 1980an dan SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina
total; (2) Karantina parsial. Karantina total membatasi kebebasan gerak
semua orang yang terpapar penyakit menular selama masa inkubasi, untuk
mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar. Karantina parsial
membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan perbedaan
tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmisi penyakit.
Contoh, anak sekolah diliburkan untuk
mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan
terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan pada pos tertentu
dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja.
Dewasa ini karantina diterapkan secara
terbatas, sehubungan dengan masalah legal, politis, etika, moral, dan
filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas
langkah-langkah pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan
masyarakat (Bensimon dan Upshur, 2007).
- Surveilans penyakit
Surveilans penyakit (disease
surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan
kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis,
konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian,
serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit
adalah penyakit, bukan individu.
Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria.
Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masingmasing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.
Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria.
Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masingmasing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.
- Surveilans sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease
surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma
(kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans
sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual
maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis.
Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit,
seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium,
yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi
laboratorium tentang suatu penyakit.
Surveilans sindromik dapat dikembangkan
pada level lokal, regional, maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans
sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip
influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik
dokter di AS. Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi
melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam
dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang
jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin,
dan jumlah total kasus yang teramati.
Surveilans tersebut berguna untuk
memonitor aneka penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung,
dan antraks, sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat
digunakan sebagai instrumen untuk memonitor krisis yang tengah
berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006). Suatu sistem yang
mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas
kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu,
disebut surveilans sentinel.
Pelaporan sampel melalui sistem
surveilans sentinel merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah
kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas (DCP2, 2008; Erme
danQuade, 2010).
- Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium
digunakan untuk mendeteksi dan menonitor penyakit infeksi. Sebagai
contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti
salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi
strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan
lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan
sindroma dari klinik-klinik (DCP2, 2008).
- Surveilans terpadu
Surveilans terpadu (integrated
surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu
wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah
pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur,
proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan
informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun
pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan
data khusus penyakitpenyakit tertentu (WHO, 2001, 2002; Sloan et al.,
2006).
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
(1) Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services);
(2) Menggunakan pendekatan solusi majemuk;
(3) Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural;
(4) Melakukan sinergi antara fungsi inti
surveilans (yakni, pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan
fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan
laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya);
(5) Mendekatkan fungsi surveilans dengan
pengendalian penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan terpadu,
surveilans terpadu tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki
kebutuhan surveilans yang berbeda (WHO, 2002).
- Surveilans kesehatan masyarakat global.
Perdagangan dan perjalanan internasional
di abad modern, migrasi manusia dan binatang serta organisme, memudahkan
transmisi penyakit infeksi lintas negara. Konsekunsinya,
masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan negara maju
di dunia makin serupa dan bergayut.
Timbulnya epidemi global (pandemi)
khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh
dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah,
dan organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit
menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang
muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang
baru muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan
SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-aktor
baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi
(Calain, 2006; DCP2, 2008).
D. Manajemen Surveilans
Surveilans mencakup dua fungsi manajemen
yaitu fungsi inti dan fungsi pendukung. Fungsi inti (core activities)
mencakup kegiatan surveilans dan langkah-langkah intervensi kesehatan
masyarakat. Kegiatan surveilans mencakup deteksi, pencatatan, pelaporan
data, analisis data, konfirmasi epidemiologis maupun laboratoris,
umpan-balik (feedback). Langkah intervensi kesehatan masyarakat
mencakup respons segera (epidemic type response) dan respons terencana
(management type response). Fungsi pendukung (support activities)
mencakup pelatihan, supervisi, penyediaan sumber daya manusia dan
laboratorium, manajemen sumber daya, dan komunikasi (WHO, 2001; McNabb
et al., 2002).
Hakikatnya tujuan surveilans adalah memandu intervensi kesehatan. Karena itu sifat dari masalah kesehatan masyarakat menentukan desain dan implementasi sistem surveilans. Sebagai contoh, jika tujuannya mencegah penyebaran penyakit infeksi akut, misalnya SARS, maka manajer program kesehatan perlu melakukan intervensi kesehatan dengan segera. Karena itu dibutuhkan suatu sistem surveilans yang dapat memberikan informasi peringatan dini dari klinik dan laboratorium.
Hakikatnya tujuan surveilans adalah memandu intervensi kesehatan. Karena itu sifat dari masalah kesehatan masyarakat menentukan desain dan implementasi sistem surveilans. Sebagai contoh, jika tujuannya mencegah penyebaran penyakit infeksi akut, misalnya SARS, maka manajer program kesehatan perlu melakukan intervensi kesehatan dengan segera. Karena itu dibutuhkan suatu sistem surveilans yang dapat memberikan informasi peringatan dini dari klinik dan laboratorium.
Sebaliknya penyakit kronis dan perilaku
terkait kesehatan, seperti kebiasaan merokok, berubah dengan lebih
lambat. Para manajer program kesehatan hanya perlu memonitor
perubahanperubahan sekali setahun atau lebih jarang dari itu. Sebagai
contoh, sistem surveilans yang menilai dampak program pengendalian
tuberkulosis mungkin hanya perlu memberikan informasi sekali setahun
atau lima tahun, tergantung prevalensi. Informasi yang diperlukan bisa
diperoleh dari survei rumah tangga.
D. Pendekatan Surveilans
Pendekatan surveilans dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu Surveilans pasif dan Surveilans aktif.
Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data
penyakit yang harus dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di
fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan surveilans pasif, relatif murah
dan mudah untuk dilakukan. Negara-negara anggota WHO diwajibkan
melaporkan sejumlah penyakit infeksi yang harus dilaporkan, sehingga
dengan surveilans pasif dapat dilakukan analisis perbandingan penyakit
internasional. Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif dalam
mendeteksi kecenderungan penyakit. Data yang dihasilkan cenderung
under-reported, karena tidak semua kasus datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan formal. Selain itu, tingkat pelaporan dan kelengkapan laporan
biasanya rendah, karena waktu petugas terbagi dengan tanggungjawab utama
memberikan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan masing-masing.
Untuk mengatasi problem tersebut, instrumen pelaporan perlu dibuat
sederhana dan ringkas.
Surveilans aktif menggunakan petugas
khusus surveilans untuk kunjungan berkala ke lapangan, desa-desa, tempat
praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan
rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau
kematian, disebut penemuan kasus (case finding), dan konfirmasi laporan
kasus indeks. Kelebihan surveilans aktif, lebih akurat daripada
surveilans pasif, sebab dilakukan oleh
petugas yang memang dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab itu. Selain itu, surveilans aktif dapat mengidentifikasi outbreak lokal. Kelemahan surveilans aktif, lebih mahal dan lebih sulit untuk dilakukan daripada surveilans pasif.
petugas yang memang dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab itu. Selain itu, surveilans aktif dapat mengidentifikasi outbreak lokal. Kelemahan surveilans aktif, lebih mahal dan lebih sulit untuk dilakukan daripada surveilans pasif.
Sistem surveilans dapat diperluas pada
level komunitas, disebut community surveilance. Dalam community
surveilance, informasi dikumpulkan langsung dari komunitas oleh kader
kesehatan, sehingga memerlukan pelatihan diagnosis kasus bagi kader
kesehatan. Definisi kasus yang sensitif dapat membantu para kader
kesehatan mengenali dan merujuk kasus mungkin (probable cases) ke
fasilitas kesehatan tingkat pertama. Petugas kesehatan di tingkat lebih
tinggi dilatih menggunakan definsi kasus lebih spesifik, yang memerlukan
konfirmasi laboratorium. Community surveilans mengurangi kemungkinan
negatif palsu (JHU, 2006).
E. Surveilans Efektif
Karakteristik surveilans yang efektif
yaitu cepat, akurat, reliabel, representatif, sederhana, fleksibel,
akseptabel, kecepatan. Informasi yang diperoleh dengan cepat (rapid) dan
tepat waktu (timely) memungkinkan tindakan segera untuk mengatasi
masalah yang diidentifikasi. Investigasi lanjut hanya dilakukan jika
diperlukan informasi tertentu dengan lebih mendalam. Kecepatan
surveilans dapat ditingkatkan melalui sejumlah cara:
- Melakukan analisis sedekat mungkin dengan pelapor data primer, untuk mengurangi “lag” (beda waktu) yang terlalu panjang antara laporan dan tanggapan.
- Melembagakan pelaporan wajib untuk sejumlah penyakit tertentu (notifiable diseases)
- Mengikutsertakan sektor swasta melalui peraturan perundangan
- Melakukan fasilitasi agar keputusan diambil dengan cepat menggunakan hasil surveilans
- Mengimplementasikan sistem umpan balik tunggal, teratur, dua-arah dan segera.
Akurasi surveilans yang efektif memiliki
sensitivitas tinggi, yakni sekecil mungkin terjadi hasil negatif palsu.
Aspek akurasi lainnya adalah spesifisitas, yakni sejauh mana terjadi
hasil positif palsu. Pada umumnya laporan kasus dari masyarakat awam
menghasilkan “false alarm” (peringatan palsu).
Karena itu sistem surveilans perlu
mengecek kebenaran laporan awam ke lapangan, untuk mengkonfirmasi apakah
memang tengah terjadi peningkatan kasus/outbreak.
Akurasi surveilans dipengaruhi beberapa faktor:
Akurasi surveilans dipengaruhi beberapa faktor:
a. Kemampuan petugas;
b. Infrastruktur laboratorium.
Contoh, para ahli madya epidemiologi
perlu dilatih tentang dasar laboratorium, sedang teknisi laboratorium
dilatih tentang prinsip epidemiologi, sehingga kedua pihak memahami
kebutuhan surveilans. Surveilans memerlukan peralatan laboratorium
standar di setiap tingkat operasi untuk meningkatkan kemampuan
konfirmasi kasus. Standar, seragam, reliabel, kontinu. Definisi kasus,
alat ukur, maupun prosedur yang standar penting dalam sistem surveilans
agar diperoleh informasi yang konsisten.
Sistem surveilans yang efektif mengukur
secara kontinu sepanjang waktu, bukannya intermiten atau sporadis,
tentang insidensi kasus penyakit untuk mendeteksi kecenderungan.
Pelaporan rutin data penyakit yang harus dilaporkan (reportable
diseases) dilakukan seminggu sekali.
Representatif dan lengkap. Sistem
surveilans diharapkan memonitor situasi yang sesungguhnya terjadi pada
populasi. Konsekuensinya, data yang dikumpulkan perlu representatif dan
lengkap.
Keterwakilan, cakupan, dan kelengkapan
data surveilans dapat menemui kendala jika penggunaan kapasitas tenaga
petugas telah melampaui batas, khususnya ketika waktu petugas surveilans
terbagi antara tugas surveilans dan tugas pemberian pelayanan kesehatan
lainnya.
Sederhana, fleksibel, dan akseptabel. Sistem surveilans yang efektif perlu sederhana dan praktis, baik dalam organisasi, struktur, maupun operasi. Data yang dikumpulkan harus relevan dan terfokus.
Sederhana, fleksibel, dan akseptabel. Sistem surveilans yang efektif perlu sederhana dan praktis, baik dalam organisasi, struktur, maupun operasi. Data yang dikumpulkan harus relevan dan terfokus.
Format pelaporan fleksibel, bagian yang
sudah tidak berguna dibuang. Sistem surveilans yang buruk biasanya
terjebak untuk menambah sasaran baru tanpa membuang sasaran lama yang
sudah tidak berguna, dengan akibat membebani pengumpul data. Sistem
surveilans harus dapat diterima oleh petugas surveilans, sumber data,
otoritas terkait surveilans, maupun pemangku surveilans lainnya. Untuk
memelihara komitmen perlu pembaruan kesepakatan para pemangku secara
berkala pada setiap level operasi.
Penggunaan (uptake). Manfaat sistem
surveilans ditentukan oleh sejauh mana informasi surveilans digunakan
oleh pembuat kebijakan, pengambil keputusan, maupun pemangku surveilans
pada berbagai level. Rendahnya penggunaan data surveilans merupakan
masalah di banyak negara berkembang dan beberapa negara maju. Salah satu
cara mengatasi problem ini adalah membangun network dan komunikasi yang
baik antara peneliti, pembuat kebijakan, dan pengambil keputusan.